Survei Karakter yang Masih Ngambang

Survei Karakter


Survei Karakter yang Masih Ngambang

Asesmen Kompetensi Minimum

Perlu diketahui bahwa pada tahun 2021 ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merencanakan Program Asesmen Nasional yang terdiri dari tiga asesmen yakni: pertama Asesmen Kompetensi Minimum, Survei Karakter dan Survei lingkungan belajar. Program pengganti Ujian Nasional tersebut merupakan gebrakan yang luar biasa, baik dari perubahan penyebutan Ujian menjadi Asesmen maupun perubahan aspek-aspek dan cara evaluasi. 


 term ujian kurang mewakili evaluasi sebagai suatu teori

Term Ujian dianggap sebagian pakar evaluasi sebagai kata yang Confuse. Karena term ujian kurang mewakili evaluasi sebagai suatu teori. Perubahan pola dan esensi evaluasi ini dalam rangka mengidealkan penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik. Adanya survei karakter merupakan upaya kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penilaian aspek afektif. 


Baca Juga: Urgensi Pedagogi Dalam Pendidikan Nasional

Enam indikator yang menjadi dasar asesmen karakter ini

Terdapat enam indikator yang menjadi dasar asesmen karakter ini, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia; bernalar kritis; mandiri; kreatif; bergotong royong; dan berkebhinekaa global. Ada kejanggalan ketika aspek bernalar kritis dimasukkan dalam survei karakter. Merujuk pada teori Bloom tentang kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, nalar kritis lebih tepat masuk pada aspek kognitif.


Alih-alih kementerian punya semangat untuk melakukan perubahan evaluasi, namun tidak dibarengi dengan tindakan nyata untuk totalitas dalam melakukan perubahan evaluasi ini. Sudah umum diketahui bahwa karakter merupakan hal yang sangat penting bagi eksistensi manusia saleh. Banyak kejahatan yang dilakukan oleh manusia-manusia pintar secara kognitif, namun sangat rendah dalam aspek karakter. 

Minimnya Sosialisasi

Pentingnya survei karakter ini tidak diimbangi dengan sosialisasi yang masif dari kementerian, padahal tahun 2021 ini survei karakter sudah akan dilaksanakan. Mengingat Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah yang luas, dan sebagian sumber daya manusia tenaga pendidikan masih banyak yang belum familiar dengan teknologi informasi, maka sangat perlu sosialisasi survey karakter kepada tenaga kependidikan seluruh Indonesia.


Kementerian terkesan setengah-setengah untuk mensukseskan program survei karakter, hal ini terlihat masih minim sekali pedoman atau prosedur tentang asesmen karakter ini. Minimnya pedoman ini membuat bingung tenaga pendidik. Informasi survei karakter yang minim ini rawan terjadi unresponsif tenaga pendidik,  yang berujung seperti penilaian karakter pada tahun sebelum-sebelumnya. 

Baca Juga: Membangun Konstruksi Pedagogi Yang Bercirikan KeIndonesiaan

Tenaga pendidik mengisi nilai kepribadian siswa di raport atau hasil belajar tanpa melakukan prosedur evaluasi yang jelas. Hal itu wajar, karena sitem penilaian kepribadian yang sangat umum dan minim pedoman ataupun prosedur pelaksanaan evaluasi kepribadian. Selain itu, Survei karakter ini rencana dilakukan diakhir program. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran yang sudah selesai tentunya tidak ada umpan balik, hanya sebgai laporan prestasi. 

Padahal, karakter manusia setiap saat harus dipantau untuk dilakukan perbaikan-perbaikan melalui rekomendasi tenaga pendidikan guna mencapai tujuan menjadi manusia paripurna.


Penulis: Failasuf Fadli


Post a Comment for "Survei Karakter yang Masih Ngambang"